SISTEM INFORMASI KESEHATAN\
Disusun Oleh :
Lily Suriati
Nopita Anggraeni
Rahmawati Agung
Ainul Mutmainah
Wulandari Prameitha
Zailani Hamid
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Kesehatan Masyarakat
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Berkembangnya
teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang cepat dan efisien
sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi yang semakin pesat
saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang
terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu Rumah
Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang
kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal,
serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta
lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk
mempermudah dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya
sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode
komputerisasi, proses penginputan data, proses pengambilan data maupun proses
pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.
Internet
merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan perusahaan dengan domain
publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini
merupakan jalur termurah yang dapat digunakan institusi untuk menjalin
komunikasi efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan informasi
sampai dengan transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat dan murah
melalui internet.
Kecepatan
evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk mengembangkan
jaringan dalam manajemen database sangat ditentukan oleh kesiapan
manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun evolusi tersebut
bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus secara sekuensial
mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka yang ingin menerapkan
manajemen database dengan “aman” dan “terkendali”, alur pengembangan
aplikasi secara bertahap merupakan pilihan yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Sistem Informasi?
2. Apa
yang dimaksud dengan Sistem Informasi Kesehatan?
3. Bagaimana
Sistem Informasi Kesehatan di Dunia?
4. Bagaimana
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia?
5. Bagaimana
Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas?
6. Bagaimana
Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit?
7. Bagaimana
Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Sistem Informasi
2. Untuk
mengetahui pengertian dari Sistem Informasi Kesehatan
3. Untuk
mengetahui bagaimana Sistem Informasi Kesehatan di Dunia
4. Untuk
mengetahui bagaimana Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
5. Untuk
mengetahui bagaimana Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas
6. Untuk
mengetahui bagaimana Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit
7. Untuk
mengetahui bagaimana kebijakan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
(Pengertian SIK keseluruhan : Rahmawati Agung)
3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan
3.1.1 Pengertian Sistem
System didefinisikan sebagai suatu tatanan dimana
terjadi suatu kesatuan usaha dari berbagai unsure yang saling berkaitan secara
teratur menuju pencapaian tujuan dalam suatu batas lingkungan tertentu. System
juga didefinisikan sebagai kelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang
sama untuk mencapai suatu tujuan. Suatu organisasi merupakan area sebuah system
karena terdiri dari sejumlah sumber daya yang bekerja menuju tercapainya suatu
tujuan tertentu. System sebagai suatu elemen yang saling berhubungan membentuk
satu kesatuan atau organisasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa system berfungsi
dengan segala kegiatan untuk suatu maksud dan tujuan yan jelas yang mempunyai
komponen-komponen dan bekerja dalam suatu kesatuan dinamis dan saling
berhubungan.
Ciri-ciri system menurut Azrul Azwar (1996) adalah
apabila memiliki beberapa cirri-ciri pokok, yaitu:
1. Terdapat
elemen atau bagian yang satu sama lain saling berhubungan dan mempengaruhi,
yang kesemuanya membentuk kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai
tujuan yang sama, yang telah ditetapkan.
2. Fungsi
yang diperankan oleh masing-masing elemen atau bagian yang membentuk satu
kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan.
3. Dalam
melaksanakan fungsi ini semuanya bekerja sama secara bebas, namun terkait dalam
arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi
sebagaimana yang telah direncanakan.
4. Sekalipun
system merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukanberarti ia tertutup terhadap
lingkungan.
Unsur-unsur system:
System terbentuk dari elemen-elemen bagian yang
saling berhubungan dan mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan elemen atau
bagian tersebut ialah suatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak
demikian halnya maka tidaklah ada yang disebut dengan system. Elemen jika
disederhanakan dapat dikelompokan dalam 6 unsur, yaitu:
1. Masukan
(input)
Masukan
adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam system yang diperlukan
untuk dapat berfungsinya system tersebut.
2. Proses
Proses
adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam system yang berfungsi
untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran
(output)
Keluaran
adalah kumpulan elemen atau bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses
dalam system.
4. Umpan
balik
Yang
dimaksud dengan umpan balik adalah kumpulan elemen atau bagian yang merupakan
keluaran dari system dan sekaligus sebagai masukan bagi system tersebut.
5. Dampak
Dampak
adalaha akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu system.
6. Lingkungan
Lingkungan
adalah dunia luar system yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai
pengaruh besar terhadap system.
3.1.2 Pengertian Informasi
Informasi menurut sauerborn dan Lippeveld (2000)
adalah kumpulan dari fakta atau data yang mempunyai arti. Jadi data yang
terkumpul yang mempunyai arti, dengan kata lain informasi adalah data yang
telah diproses dan memiliki arti bagi penerima informasi. Informasi adalah data
yang sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan
tertentu. Pengolahan data menjadi informasi yang antara lain berbentuk laporan,
model deskriptif dan bentuk statistic. Dalam pengolahan data menjadi informasi
dapat terjadi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh metode pengukuran dan
pengumpulan data yang salah, tidak mengikuti prosedur penolahan dengan benar,
data hilang atau tidak terolah, kesalahan dalam prosedur pengolahan atau akibat
kesalahan yang disengaja. Informasi dalam lingkup system informasi memiliki
cirri benar atau salah, baru, tambahan informasi yang telah ada, sebagai
koreksi atas informasi yang salah, dan dapat pula mempertegas informasi yang
telah ada.
Untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya, ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
1. Data-data
yang masuk haruslah data yang riil
2. Data-data
masuk secara teratur
3. Pengisian
formulir laporan dengan tepat dan sesuai peraturan yang ditetapkan
4. Pengisian
formulir lengkap
5. Data-data
lengkap
Menurut Jogiyanto (2005) data yang diolah saja tidak
cukup dapat dikatakan sebagai informasi. Dari segi kualitas, informasi harus
didukung oleh 3 pilar, yaitu:
1. Tepat
orangnya (relevance)
2. Tepat
waktu (timeless)
3. Tepat
nilainya atau akurat (accurate)
Sifat-sifat yang menentukan nilai informasi secara
lengkap disampaikan oleh Sutanta (2003) sebagai berikut:
1. Kemudahan
dalam memperoleh, informasi mempunyai nilai lebih bila dapat diperoleh dengan
mudah. Informasi yang penting dan sangat dibutuhkan menjadi bernilai bila sulit
diperoleh.
2. Luas
dan kelengkapannya, informasi mempunyai nilai lebih bila mempunyai lingkup/cakupan
yang luas dan lengkap
3. Ketelitian
(accuracy), informasi menjadi tidak bernilai bila tidak akurat, karena akan
mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan
4. Kecocokan
dengan pengguna (relevance), informasi mempunyai nilai lebih bila sesuai
kebutuhan penggunanya
5. Ketepatan
waktu, informasi mempunyai nilai lebih bila diterima oleh pengguna pada saat
yang tepat
6. Kejelasan
(clarity), informasi yang jelas akan meningkatkan nilai informasi
7. Fleksibelitas/keluwesan,
fleksibelitas iformasi berhubungan dengan bentuk dan format tampilan informasi
8. Dapat
dibuktikan, nilai informasi akan semakin sempurna bila dapat dibuktikan
kebenarannya
9. Tidak
ada prasangka, nilai informasi akan semakin sempurna bila informasi tidak
menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi
10. Dapat
diukur, pengukuran informasi umumnya dimaksudkan untuk melacak kembali
validitas data sumber yang digunakan.
Definisi informasi dalam kaitannya dengan system
informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini. System
informasi adalah suatu system yang diciptakan oleh para analis dan manajer guna
melaksanakan tugas khusus tertentu yang sangat esensial bagi berfungsinya
organisasi. System informasi juga dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan
atau komponen yang terdiri dari pengumpulan data yang kemudian diproses
sehingga menjadi suatu informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
3.1.3 Pengertian Sistem Informasi
System Informasi adalah suatu cara
yang sudah tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi
untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan untuk organisasi bisnis dengan
cara yang menguntungkan.
Dari gambaran di atas perlu
diketahui pokok penting berikut:
1. Cara yang sudah tertentu.
2. Mengolah data dan informasi yang
dibutuhkan.
3. Agar mencapai tujuan berupa
organisasi yang sukses atau menguntungkan.
Komponen yang terkait dengan system informasi adalah:
1. Pemakai
2. Tujuan
3. Masukan – proses – keluaran
4. Data
5. Teknologi
6. Model
7. Pengendalian
MODEL PENGENDALIAN
Penjelasannya menunjukkan bahwa
semua komponen itu saling berkait, bila data salah, maka hasilnya akan
merupakan informasi yang salah juga. Informasi yang canggih seperti angka
statistic yang rumit, tidak ada gunanya bila pemakai tidak bisa mengerti maka
komponen ini harus dipertimbangkan secara keseluruhan. Berikut ini penjelasan
masing-masing komponen:
NO
|
KOMPONEN
|
PENJELASAN
|
1
|
DATA
|
Data harus akurat dan yang penting
data benar, jangan data berupa sampah.
|
2
|
MASUKAN
|
Masukan harus dikode dengan jelas
sesuai kebutuhan dan dengan cara tertentu. Misalnya data untuk membuat grafik
dibentuk dalam gambaran table.
|
3
|
PROSES
|
Harus jelas diproses dengan cara
apa, dan alat apa, perangkat keras dan perangkat lunak serta teknisi yang
sesuai.
|
4
|
KELUARAN
|
Keluaran harus jelas dan memenuhi
cirri-ciri informasi yang baik.
|
5
|
TUJUAN
|
Keluaran yang dihasilkan harus sesuai
dengan tujuan agar dapat dimanfaatkan.
|
6
|
PEMAKAI
|
Pemakai harus terlatih
memanfaatkan informasi yang terbentuk.
|
7
|
MODEL
|
Cara pengolahan dengan logika
perhitungan atau pengolahan kata atau tata letak.
|
8
|
TEKNOLOGI
|
Komputer jenis apa, atau manual
|
9
|
PENGENDALI
|
Bagaimana mencegah kecurian data
dan kehilangan data.
|
3.1.4 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) adalah gabungan perangkat dan prosedur yang
digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai
pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Sistem
informasi kesehatan adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis
untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh
dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam literature lain menyebutkan
bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi
kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi
untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Menurut WHO, Sistem Informasi
Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building block” atau
komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu negara. Keenam komponen (building
block) sistem kesehatan tersebut adalah:
- Service
delivery
(pelaksanaan pelayanan kesehatan)
- Medical
product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan
teknologi kesehatan)
- Health
worksforce
(tenaga medis)
- Health
system financing (sistem pembiayaan kesehatan)
- Health
information system (sistem informasi kesehatan)
- Leadership
and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
Sedangkan di dalam tatanan Sistem
Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu
pada sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan
sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan
informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di
Puskesmas atau Rumah Sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga
informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan
adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.
Tujuan Sistem Informasi Kesehatan
Tujuan dari dikembangkannya sistim
informasi kesehatan adalah:
- Sistim
informasi kesehatan (SIK) merupakan subsistem dari Sistim Kesehatan
Nasional (SKN) yang berperan dalam memberikan informasi untuk pengambilan
keputusan di setiap jenjang adminisratif kesehatan baik di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti
Rumah Sakit ataupun Puskesmas
- Dalam
bidang kesehatan telah banyak dikembangkan bentuk-bentuk Sistem Informasi
Kesehatan (SIK), dengan tujuan dikembangkannya berbagai bentuk SIK
tersebut adalah agar dapat mentransformasi data yang tersedia melalui
sistem pencatatan rutin maupun non rutin menjadi sebuah informasi.
Ainul mutmainah
Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
World Health Organisation (WHO) menilai bahwa investasi sistem
informasi kesehatan mempunyai beberapa manfaat antara lain:
- Membantu
pengambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah kesehatan,
memantau perkembangan dan meningkatkannya
- Pemberdayaan
individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami, serta melakukan
berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan
Adapun manfaat adanya sistim informasi kesehatan dalam suatu
fasilitas kesehatan diantaranya:
- Memudahkan
setiap pasien untuk melakukan pengobatan dan mendapatkan pelayanan
kesehatan
- Memudahkan
fasilitas kesehatan untuk mendaftar setiap pasien yang berobat
- Semua
kegiatan di fasilitas kesehatan terkontrol dengan baik (bekerja secara
terstruktur)
Zailani
Perkembangan
Perkembangan informasi kesehatan di
Indonesia telah mengalami tiga pembagian masa sebagai berikut:
- Era
manual (sebelum tahun 2005)
- Era
transisi (tahun 2005 – 2011)
- Era
komputerisasi (mulai tahun 2012)
Masing-masing era sistim informasi
kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda sebagai bentuk adaptasi dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, pemerintah sedang
mengembangkan aplikasi yang disebut dengan Sistim Aplikasi Daerah (Sikda)
Generik. Sistim Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
- Input
pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik (computerized)
- Input
data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan
- Tidak
ada duplikasi (hanya dilakukan satu kali)
- Akurat,
tepat, hemat sumber daya (efisien) dan transparan. Terjadi pengurangan
beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien
atau masyarakat.
Dalam perkembangannya sistim
informasi kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua (berdasarkan pada
karakteristik integrasi sistim informasi), yaitu:
- Sistem
informasi yang mempunyai derajat integritas internal yang tinggi
- Sistim informasi rekam medis elektronik
- Sistim informasi manajemen dokumen
- Sistim informasi farmasi
- Sistim informasi geografis
- Sistim pendukung pengambilan keputusan kesehatan
- Sistim informasi eksekutif
- Data warehouse dan datamining
- Sistem
informasi yang mempunyai derajat integrasi eksternal yang tinggi
- Telemedicine
- Internet, intranet, ekstranet
- Sistem informasi kesehatan publik.
Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, Sistem Informasi
Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau komponen utama
dalam Sistem Kesehatan di suatu negara. Keenam komponen (buliding blocks)
Sistem Kesehatan tersebut ialah :
1. Servis Delivery (Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan)
2. Medical product, vaccines, and
technologies (Produk Medis, vaksin, dan Teknologi Kesehatan)
3. Health Workforce (Tenaga
Medis)
4. Health System Financing (Sistem
Pembiayaan Kesehatan)
5. Health Information System (Sistem
Informasi Kesehatan)
6. Leadership and Governance
(Kepemimpinan dan Pemerintahan)
SIK di dalam Sistem Kesehatan Nasional
Indonesia
Sistem Kesehatan Nasional Indonesia
terdiri dari 7 subsistem, yaitu :
1. Upaya Kesehatan
2. Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
3. Pembiayaan Kesehatan
4. Sumber Daya Mansuia (SDM)
Kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan
6. Manajemen, Informasi, dan
Regulasi Kesehatan
7. Pemberdayaan Masyarakat
Wulandari p.
3.2 Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan
mengalami 3 pembagian masa sebagai berikut :
1.
Era Manual (sebelum 2005)
2.
Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3.
Era Komputerisasi (mulai 2012)
Masing-masing Era Sistem Informasi Kesehatan memiliki
karakteristik yang berbeda sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman
(kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi - TIK).
1. Era Manual (sebelum 2005)
- Aliran
data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke
pusat melalui berbagai jalan.
- Data
dan Informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen
Kesehatan.
- Bentuk
data : agregat.
- Sering
terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
- Sangat
beragamnya bentuk laporan.
- Validitas
diragukan.
- Data
sulit diakses.
- Karena
banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data
sulit dioah dan dianalisis.
- Pengiriman
data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
2. Era Transisi (2005 – 2011)
- Komunikasi
data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau
beberapa masih terfragmentasi).
- Sebagian
besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
- Sebagian
data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
- Keamanan
dan kerahasiaan data kurang terjamin.
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)
- Pemanfaatan
data menjadi satu pintu (terintegrasi).
- Data
individual (disagregat).
- Data
dari Unit Pelayanan Kesehatan langsung diunggah (upload) ke bank data di
pusat (e-Health).
- Penerapan
teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
- Keamanan
dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
- Lebih
cepat, tepat waktu dan efisien.
- Lebih
ramah lingkungan.
Dalam Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Sistem Kesehatan Nasional, yang
selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Pengelolaan kesehatan diselenggarakan
melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi
kesehatan, sumber daya kesehatan,
upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat
dan daerah dengan
memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang kesehatan.
Komponen
pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN
dikelompokkan dalam subsistem:
a. upaya kesehatan;
b. penelitian dan pengembangan kesehatan;
c. pembiayaan kesehatan;
d. sumber daya manusia kesehatan;
e. sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
f. manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan
g. pemberdayaan masyarakat.
SKN : Rahmawati Agung
SKN dilaksanakan secara berkelanjutan,
sistematis, terarah,
terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan dengan menjaga kemajuan,
kesatuan, dan ketahanan
nasional.
SKN menjadi
acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.
Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan
perilaku dan
kemandirian masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya
promotif dan preventif
tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Profesionalisme sumber daya manusia kesehatan yang dibina oleh Menteri hanya bagi tenaga
kesehatan dan tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja
serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan.
Pelaksanaan SKN harus memperhatikan:
a. cakupan pelayanan kesehatan
berkualitas, adil, dan merata;
b. pemberian pelayanan kesehatan yang
berpihak kepada rakyat;
c. kebijakan kesehatan masyarakat untuk
meningkatkan dan
melindungi kesehatan masyarakat;
d. kepemimpinan dan profesionalisme dalam
pembangunan kesehatan;
e. inovasi atau terobosan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang etis dan terbukti bermanfaat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
secara luas, termasuk
penguatan sistem rujukan;
f.
pendekatan secara global dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan yang sistematis,
berkelanjutan, tertib, dan responsif gender dan hak anak;
g. dinamika keluarga dan kependudukan;
h. keinginan masyarakat;
i.
epidemiologi penyakit;
j.
perubahan ekologi dan lingkungan; dan
k. globalisasi, demokratisasi dan
desentralisasi dengan semangat persatuan dan kesatuan nasional serta kemitraan dan kerja sama lintas
sektor.
l.
Untuk meningkatkan akselerasi dan mutu pelaksanaan SKN,
pembangunan kesehatan perlu melandaskan pada pemikiran dasar pembangunan
kesehatan.
m. Pemikiran dasar pembangunan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi pemikiran tentang pelaksanaan,
tujuan, dan prinsip dasar pembangunan kesehatan.
Prinsip dasar pembangunan kesehatan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) terdiri dari perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil
dan merata, serta pengutamaan dan manfaat.
Sistem Informasi Kesehatan di masa Depan
Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang
mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik.
Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
:
- Input
pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
- Input
data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas
kesehatan).
- Tidak
ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
- Akurat,
tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan
beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien
atau masyarakat.
- Data
yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di
kirim ke bank data nasional (data warehouse).
- Laporan
diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit
pelayanan terdepan.
- Puskesmas
dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
- Petugas
akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda
Generik.
- Mudah
dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
- Secara
bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit.
SIK Rumah Sakit : Nopita Anggraeni
3.3 Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit
Sistem
Informasi Rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan
data, pengolahan data, penyajian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah
sakit.
2.
Kedudukan
Sistem Informasi Rumah sakit
Dalam
industry bussines, subsistem informasi memperoleh kedudukan yang besar sejak
tahun 1965, bila rumah sakit ingin mengarah pada kedudukan industry sudah
selayaknya menempatkan informasi pada kedudukan yang lebih besar dan lebih
penting.
3.
Jenis
Sistem Informasi RS
Sistem
Informasi Rumah sakit, terbagi atas 3 jenis di bawah ini yaitu:
1. Sistem
Informasi Klinik
2. Sistem
Informasi Administrasi
3. Sistem
Informasi Manajemen
Masing-masing
sistem dapat dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan sebagai
suatu kesatuan yang integral.
1) Sistem
Informasi Klinik
Meruapakn system
informasi yang secara langsung untuk membantu pasien dalam hal pelayanan medis.
Contohnya yaitu:
-
Sistem informasi di
ICU.
-
Sistem informasi pada
alat seperti CT Scan, USG.
2) Sistem
Informasi Administrasi
Yaitu sistem
informasi yang membantu pelaksanaan Administrasi di rumah sakit. Contohnya:
-
Sistem informasi
Administrasi.
-
Sistem informasi
Billing sistem.
-
Sistem informasi
Farmasi.
-
Sistem informasi
penggajian.
3) Sistem
Informasi Manajemen
Merupakan sistem
informasi yang membantu menajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan.
Contohnya:
-
Sistem informasi
manajemen pelayanan.
-
Sistem informasi
keuangan.
-
Sistem informasi
pemasaran.
4.
Manfaat
SIRS
Dalam siklus
manajemen di rumah sakit, hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah:
1. Permintaan
tujuan dan target.
2. Memperhatikan
kebutuhan pelayanan.
3. Alokasi
sumber daya.
4. Pengendalian
mutu pelayanan.
5. Evaluasi
program.
Kelima
hal diatas saling berhubungan dan informasi akan menjadi berperan penting dalam
siklus pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kegiatan manajemen tersebut
diperlukan adanya informasi, jadi informasi berperan dalam hal pengambilan
keputusan.
Dari
gambaran diatas menunjukkan informasi akan menjadi sentral untuk keputusan
manajerial, berperan timbale balik artinya makin baik sistem informasi maka
akan lebih baik pula keputusan yang diambil. Sebaliknya, makin buruk sistem
informasi di rumah sakit maka keputusan yang duambil akan semakin buruk.
Secara lebih
rinci SURS berperan dalam mendukung:
1. Pengendalian
mutu pelayanan medis.
2. Pengendalian
mutu dan penilaian produktivitas.
3. Analisa
pemanfaatan dan perkiraan kebutuhan.
4. Perencanaan
dan evaluasi program.
5. Menyederhanakan
pelayanan.
6. Penelitian
klinis.
7. Pendidikan.
A.
SISTEM
INFORMASI PEMASARAN RUMAH SAKIT
Sistem Informasi pemasaran rumah
sakit adalah suatu struktur yang berlanjut, dan saling terkait dari orang,
peralatan, dan prosedur yang ditujukan untuk mengumpulkan, menyaring,
menganalisis, dan membagikan informasi yang spesifik, tepat waktu dan cermat untuk
digunakan oleh para pengambil keputusan dibidang pemasaran dengan tujuan
penyempurnaan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemasaran.
Pokok-pokoknya meliputi hal-hal seperti :
1. Adanya
sistem yang terdiri dari orang, alat, dan prosedur yang diatur sehingga
merupakan struktur yang terkait.
2. Pembuatan
Informasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data, menyaring adat yang relevan,
menganalisis, mengubahnya menjadi informasi, untuk dibagikan kepada yang
membutuhkan, merupakan bagian penting dari proses pemasaran, yaitu pada tahap
analisis dari 6 tahap yang ada.
3. Sistem
informasi haruslah spesifik, tepat waktu, cermat.
Syarakt
informasi yang baik akan menentukan kualitas informasi (quality of information)
termasuk pula sifat relevan atau memang sesuai dengan kebutuhan. Akurat berarti
informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan.
Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Tepat pda
waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.
Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi
merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. Relevan berarti informasi
tersebut mempunyai manfaat untuk pemakaiannya. Relevansi informasi untuk tiap
orang satu dengan yang lainnya berbeda.
Informasi yang berkualitas yang
terkait dengan informasi pemasaran, yang berguna sebagai pedoman dalam
pengambilan keputusan lebih lanjut ternyata ada 5 elemen penting. Diantaranya
adalah:
a. Dasar
pemilihan dari pelanggaran yang akan dilayanani.
b. Perlunya
informasi pemasaran hasil pengumpulan data yang cocok.
c. Strategi
yang sesuai yang dapat mencapai tujuan pemasaran secara benar.
d. Pelaksanaan
operasional yang efektif, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
e. Intergrasi
dari pengorganisasian pemasaran.
4. Pemakai
adalah para pengambil keputusa di bidang
pemasaran yang akan menghasilkan contoh program pemasaran.
5. Tujuan
yang akan dicapai oleh adanya sistem informasi adalah penyempurnaan perencanaan
seperti perencanaan strategis atau strategi jangka panjang.
B.
SISTEM
INFORMASI KEUANGAN RUMAH SAKIT
Sistem informasi keuangan rumah sakit
bertujuan auntuk meringankan beban administrative, baik dari banyaknya tumpukan
kertas, lamanya proses dan sulitnya perhitungan. Sistem Informasi administratif
adalah sistem informasi yang berperan dalam proses administrasi. Proses
administrasi disini adalah proses mencatat, perhitungan dan surat menyurat.
Proses administrasi di RS biasanya meliputi:
1. Keuangan
RS, baik dari pasien dan untuk kepentingan RS.
2. Kepegawaian.
3. Penerimaan
pasien.
4. Administrasi
umum, seperti ketatausahaan dan pengarsipan.
Sistem informasi tersebut dikembangkan
untuk memperoleh kemudahan proses, mengurangi beban kerja, mengurangi jumlah
kertas dan arsip, dan juga mempercepat proses.
A. Karakteristik
Sistem Informasi Administratif
Sistem
Informasi Administratif mempunyai beberapa karakteristik diantanya adalah:
1. Menangani
pencatatan
Sistem informasi
administrative, berusaha menangani pencatatan yang semakin rumit dan kompleks.
Seperti penagihan pada pasien, karena banyaknya pelayanan, maka semakin rumit
dan lama, di lain pihak, pasien butuh kecepatan.
2. Menangani
perhitungan
Seperti pada
jumlah barang yang beredar di RS sangat banyak jenis dan jumlahnya. Monitoring stock obat akan jadi masalah.
Maka sistem informasi akan menolong perhitungan secara cepat.
3. Menangani
pengarsipan
Adanya arsip
yang bertumpuk dari kertas-kertas dapat dikurangi dengan sistem informasi
administrasi ini, sehingga akan menghemat ruangan dan tempat penyimpanan.
4. Bila
dilihat diatas akan berperan secara jelas pada kegiatan yang sekarang ini
banyakk melibatkan karyawan dan deretan meja serta kertas.
Akan tetapi ada yang harus diperhatikan
yaitu sistem informasi administrative, bisa dikembangkan dengan komputerisasi
secara baik bila sistem manualnya telah ditata dengan baik. Jadi sebelum mengembangkan
komputerisasi, harus perbaiki sistem manualnya terlebih dahulu. Dalam
komputerisasi administrative ada baiknya dikembangkan secara bertahap dan
individual, terus kea rah Local Area Network (sistem informasi secara
regional). Karena bila langsung secara integrasi akan memerlukan “memory” yang
besar.
Komputerisasi tidak bisa dikembangkan
secara baik tanpa pengembangan sistem manual juga terdapat keterbatasan.
Keterbatasan tersebut diantaranya:
a. Keterbatasan
sistem
Sistem informasi
administrative yang menggunakan computer, harus secara jelas didasari oleh
manual. Jadi manualnya harus dirapihkan terlebih dahulu, baru kemudian sistem
informasi komputerisasi dapatb dikembangkan.
b. Keterbatasan
perangkat sistem
Perangkat harus
yang dipergunakan mempunyai keterbatasan “memory” dan kecepatan. Sehingga beban
kerja harus disesuaikan, maka dianjurkan pengembangan yang bertahap.
c. Keterbatasan
perangkat lunak
Perangkat lunak
yang ada banyak dibuat secara “tailor
made”, yaitu sesuai dengan RS tertentu.
d. Keterbatsan
operator
Pengguna sistem
harus terlatih, karena apabila salah mengisi maka akibatnya hasil yang terjadi
akan salah juga. Latihlah operator yang terampil dan selalu ada cadangan
petugas yang bisa menggantikan bila berhalangan. Bila hal ini tidak disiapkan
maka akan terjadi kelumpuhan sistem apabila salah seorang operator berhalangan.
C.
APLIKASI
SISTEM INFORMASI KESEHATAN PADA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT.
Sitem informasi rumah sakit tidak
dapat lepas kaitannya dengan sistem informasi kesehatan karena sistem ini
merupakan aplikasi dari sistem informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu,
perlu diketahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di
Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit
hingga pengembangannya.
1. Rancang
Bangun (desain) Sitem Informasi Rumah Sakit
Rancang
Bangun Sistem Informasi Rumah sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis dari
rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan kepemilikannya
menjadi 2, yaitu sebagai berikut:
a. Rumah
sakit pemerintah, yang dikelola oleh:
1) Departemen
Kesehatan.
2) Departemen
Dalam Negeri.
3) TNI.
4) BUMN.
Sifat rumah
sakit ini adala tidak mencari keuntungan (non profit).
b. Rumah
Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan baik yang sifatnya
tidak mencari keuntungan (non profit) maupun memang mencari keuntungan
(profit).
Untuk
menyusun SIRS digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagau berikut:
a. Apa
fungsi/tugas utama dari rumah sakit? Jawaban pada umumnya adalah layanan
kesehatan
b. Apa
objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit? Jawaban pada umumnya adalah
pasien?penderita.
c. Dukungan
operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit? Jawaban pada umumnya
adalah tenaga kerja, keuangan dan sarana atau prasarana.
d. Sistem
apa yang dibutuhkan untuk mngelola rumah sakit tersebut? Jawaban pada umumnya
adalah manajemen rumah sakit.
Berdasarkan
jawaban tersbut, maka SIRS terdiri dari:
a. Subsistem
Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
b. Subsistem
Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
c. Subsistem
Personalia, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
d. Subsistem
Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam
rumah sakit tersebut, termasuk
peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.
e. Subsistem
Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam rumah
sakit tersebut, termasuk
pengelolaan data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek, pengambilan
keputusan dan untuk layanan pihak luar.
Ke
6 subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul
yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan
lebih lanjut menjadi:
1. Modul
Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat jalan.
2. Modul
Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat inap.
3. Modul
Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya tindakan medis, pemeriksaan
laboratorium, dsb.
D. PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT
Dalam melakukan pengembangan SIRS,
pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan
pengembangan SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria
dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi
SIRS
adalah sebagai berikut:
1. SIRS
harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
2. SIRS
harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam
jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS
dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun
pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
4. SIRS
yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap
usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun
yang sedang dikembangkan.
5. SIRS
yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptas terhadap perubahan dan
perkembangan dimasa datang.
6. Usaha
pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang
berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.
7. SIRS
yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
8. Pentahapan
pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing subsistem
serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
9. SIRS
yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas
yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
10. SIRS
yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan, karena
keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi
dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan
diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan
SIRS.
Atas
dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran
Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
1) Memiliki
aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan (auditable)
maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2) Terbentuknya
sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup
lengkap dan terpadu.
3) Terbentuknya
suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
4) Meningkatkan
daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan pemborosan.
5) Terjaminnya
konsistensi data.
6) Orientasi
ke masa depan
7) Pendayagunaan
terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang
dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya
sesuai Rancangan Global SIRS.
SIRS
merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah
sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena
itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan
yang sesuai dengan kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan
prioritas yang ditentukan. Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan
tahapan berikutnya harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan
SIRS adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
SIRS,
b. Penyusunan Rancangan Global SIRS,
c. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci
SIRS,
d. Pembuatan Prototipe, terutama untuk
aplikasi yang sangat spesifik,
e.
Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat
keras maupun perangkat lunak pendukung.
f. Operasionalisasi dan Pemantapan.
Sistem
Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital
Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah rumah sakit
dalam era globalisasi, namun untuk membangun sistem informasi yang terpadu
memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar. Kebutuhan akan tenaga dan
biaya yang besar tidak hanya dalam pengembangannya, namun juga dalam
pemeliharaan SIRS maupun dalam melakukan migrasi dari sistem yang lama
pada sistem yang baru. Selama manajemen rumah sakit belum
menganggap
bahwa informasi adalah merupakan aset dari rumah sakit tersebut, maka kebutuhan
biaya dan tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan
sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan akan informasi. Kalau informasi telah
menjadi aset rumah sakit, maka beban biaya untuk pengembangan, pemeliharaan
maupun migrasi SIRS sudah selayaknya masuk dalam kalkulasi biaya layanan
kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit itu. Perlu disadari sepenuhnya,
bahwa penggunaan teknologi informasi dapat menyebabkan ketergantungan, dalam
arti sekali mengimplementasikan dan mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit
tersebut selamanya terpaksa harus menggunakan teknologi informasi. Hal ini
disebabkan karena perubahan dari sistem yang terotomasi menjadi sistem manual
merupakan kejadian yang sangat tidak menguntungkan bagi rumah sakit tersebut.
Perangkat
lunak SIRS siap pakai yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar
adalah perangkat lunak SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa
subsistem dari SIRS. Untuk dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan
perangkat keras yang akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah
memiliki rancang bangun (desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan situasi
rumah sakit.
SIK Puskesmas : Lily Suriati
3.4
Sistem
Informasi Kesehatan di Puskesmas
Sebagaimana diketahui bahwa
puskesmas merupakan ujung tombak pemerintah dalam memberikan upayah pelayanan
kesehatan dimasyarakat. Sesuai dengan keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 128
tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat bahwa puskesmas
didefinisikan sebagai unit pelaksana teknis di kabupaten/kota yang bertanggung
jawab melaksanakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas
melaksanakan kegiatan proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian
terhadap rencana kegiatan yang telah ditetapkan baik rencana upaya wajib maupun
pembangunan dalam mengatasi kesehatan yang ada diwilayahnya. Salah satu bentuk
pemantauan yang dilakukan adalah melalui sistem informasi manajemen puskesmas
(SIMPUS)
Penyelengaraan layanan kesehatan masyarakat melalui
puskesmas merupakan kegiatan yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan
data yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasi yang dapat
menangani berbagai macem kegiatan operasional puskesmas mulai dari pengolahan
registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan, hingga berbagai
laporan bulanan, tribulan dan tahunan, berbagai laporan eksekutif yang
dihasilkan oleh puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan
dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan
masyarakat.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah sebuah sistem Informasi yang terintegrasi dan
didesain multi user yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen
puskesmas. Dalam implementasinya, Digital Sense telah merilis dua versi
sekaligus yaitu berbasis desktop (OS Windows) dan berbasis web (OS Open
Source). SIMPUS ini terdiri atas
berbagai modul yaitu: Admin Sistem (manajemen user), Loket, Poli BP/umum, Poli
Gigi, Lab/Radiologi, Apotek, Poli KIA, UGD, Rawat Inap, Kegiatan Luar
Gedung/UKM, Pojok Gizi, Pelayanan KB, Manajemen Aset, dan Kepegawaian.
Memungkinkan koneksi online Dinas Kesehatan ke Puskesmas/Pustu secara real
time. Ditunjang dengan berbagai macam fitur yang memudahkan penggunan
(user), antara lain:
- Tata tampilan tab view menarik
- Mudah digunakan (User friendly)
- Laporan lengkap (administrasi ke dinas)
- Output bisa convert excel dan pdf
- Fasilitas pencarian data pasien
- Fasilitas auto backup data
Secara
umum SIMPUS terdiri dari beberapa sub-sistem sebagai berikut:
1.
Fasilitas pencarian pasien, cetak
Buku Pasien, Paper pasien dan Kartu Pasien, cetak Surat Keterangan (sakit,sehat
dan Kematian), cetak Surat Rujukan RS (Umum, ASKES, ASKESKIN)
2. Registrasi
Pasien
Registrasi
merupakan sub-sistem yang menangani data registrasi kunjungan pasien, baik
kunjungan pemeriksaan umum/gigi/gizi/KIA/imunisasi/kb.
Kegiatannya
meliputi:
·
Pengolahan data pasien
·
Pengolahan data
registrasi kunjungan pasien terdapat beberapa macam klasifikasi registrasi,
yaitu: pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan imunisasi,
kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan/pemberian
tindakan medis
Hal
ini merupakan sub-sistem yang menangani data yang terkkait dengan kegiatan
pemeriksaan/pemberian tindakan terhadap pasien oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan jenis pemeriksaannya, sub-sistem
ini diklasifikasikan menjadi pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan
gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium.
Kegiatannya
meliputi:
·
Pengolahan data kondisi
pasien
·
Pengolahan data
anamnesis
·
Pengolahan data
diagnosis
·
Pengolahan data terapi
·
Pengolahan data
pemeriksaan/tindakan medis/penggunaan lab
·
Pengolahan data obat
(resep)
·
Pengolahan data rujukan
4. Farmasi
Farmasi
merupakan sub-sistem yang menangani data yang terkait dengan obat.
Fungsionalitasnya
meliputi:
·
Pengolahan data-data
master obat
·
Pengolahan data stok
obat baru
·
Pengolahan data
persediaan obat
·
Pengolahan data
pelayanan/pemberian resep pasien
5. Pemantauan
Data Register
Pemantauan
data register merupakan pemantauan data yang terjadi dipuskesmas secara
harian/bulanan ataupun periode tertentu. Kegiatannya meliputi:
·
Register pemeriksaan
umum
·
Register pemeriksaan
gigi
·
Register pemeriksaan
gizi
·
Register pemeriksaan
imunisasi
·
Register pemeriksaan
KIA
·
Register pemeriksaan KB
6. Laporan
Laporan
merupakan sub-sistem untuk membuat laporan/rekapitulasi. Laporan ini meliputi:
a. LB
:
·
LB1 – Kasus penyakit
·
LB2 - LPLPO
b. Laporan
Manajemen
·
Laporan kunjungan
pasien
·
Laporan 10 penyakit
terbanyak
·
Laporan penggunaan obat
·
Laporan tindakan medis
terbanyak
·
Laporan metode
pembayaran oleh pasien
·
Laporan billing
7. Pemetaan
Pemetaan
wilayah meliputi kunjungan pasien, penyakit terbanyak, penggunaan obat, riwayat
KLB, dan lain sebagainya. Akan tetapi mapping data kesehatan sangat jarang
dilakukan.
8. Menu
Integrasi di Dinas Kesehatan
·
Fasilitas transfer data ke dinas
(bisa melalui perangkat jaringan maupun Flashdisk)
·
Laporan bisa difilter berdasarkan
kategori-kategori sesuai kebutuhan
·
Fasilitas Laporan bisa di-convert
dalam bentuk data MS-Excell dan Pdf
·
Fasilitas Backup Data Otomatis (Auto
Backup)
·
Fasilitas Integrasi Data seluruh
puskesmas ke Dinas Kesehatan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) adalah gabungan perangkat dan prosedur yang
digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai
pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Sistem
informasi kesehatan adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis
untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh
dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
World Health Organisation (WHO) menilai bahwa investasi sistem
informasi kesehatan mempunyai beberapa manfaat antara lain membantu pengambil
keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah kesehatan, memantau perkembangan
dan meningkatkannya, dan pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan
mudah dipahami, serta melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Sabarguna,Boy.S,
Sistem Informasi Kesehatan Rumah Sakit, RSU PKU Muhammadiyah, Yogyakarta, 2004.